Cinta Dalam Mimpi

 

Cinta dalam mimpi
"Ketika kamu bercerita tentang dia, kenapa hatiku terasa teriris iris dan hancur menjadi puing puing yang tajam dan panas. Kehadiranku bagai saksi tanpa surat undangan dari hatimu"
Matahari mulai merapat ke batas ufuk pertanda hari mulai  gelap dan malam pun tiba. Bumi masih ada lagi satu mata kuliah yang membuat sampai di rumah agak telat.
Suasana di rumah Bumi terlihat ramai, lampu- lampu taman menyala gemerlapan sebagai isyarat penyambutan tamu spesial.
Ya....itulah Keluarga Tirta sahabat ayahnya Bumi. Mereka akan mengadakan makan malam bersama sekalian perkenalan antara masing2 anak mereka.
Di dalam ruang tamu sudah terlihat ramai diselipi aneka minuman dan cemilan sambil menunggu kedatangan Bumi.
Begitu Bumi menuruni anak tangga ruangan kampus HP Bumbi bersuara "centiinggg"
Dilihatnya layar monitor whatsapp muncul nama Tara. "aduuhhh... Tara... ! guman hatinya...
" Mi.... sudah otw pulang..? terlihat pesan whatsapp Tara.
Bumi pun mengetik cepat2 " Yach... aku buru buru di rumah mau ada acara makan bersama keluarga sahabat ayah". Nanti kita sambung lagi yaaa.... dada Tara.... "
Tara pun menjawab singkat "ok...safe driving Mi... "
Hati Tara dipenuhi ber bab-bab pertanyaan tapi dia berusaha menenangkan hati dan pikiranya.
Bumi pun sampai di rumah dan langsung lewat belakang utk bebersih badan agar terlihat segar dan rapi saat menghadiri acara makan malam bersama keluarga Tirta.
Setengah jam sudah menunggu, Bumi langsung memasuki ruangan dengan memberi tanda sapa kepada mereka. Dipojok terlihat seorang sosok laki laki jangkung dengan wajah penuh wibawa beralis tebal, hidung mancung, bahu lebar. Walaupun dibalut hanya dgn kaos "polo" warna putih masih terlihat "mature"
Menggangguk pd Bumi tanda menyapa.
"Selamat malam semua...maaf saya agak terlambat karena ada mata kuliah lebih hari ini. Bumi sudah terlihat rapi sederhana dan sopan.
Setelah hampir lima belas menit mereka berbincang sana sini, mereka pun menuju ruang makan.
Meja makan berbetuk persegi panjang sudah terlihat siaga dengan beraneka macam lauk yang dihiasi dengan gelas berisikan jus jeruk berwarna kuning membuat suasana meja terlihat sehat dan segar.
Makan malampun sedang berlangsung dgn suasana riang. Saat mereka menikmati buah segar, ayah Bumi, Bpk Surya menyampaikan salam pd semua yg hadir sambil memberi tahu tujuan dari acaranya adalah perkenalan Graha dgn Bumi. Graha adalah anak bungsu dari keluarga Tirta demikian juga Bumi anak bungsu juga dari keluarga Surya.
Saat sedang ada perbincangan antara Pak Surya dan Pak Tirta, Bumi asyik dengan memainkan jarinya di atas layar handphone krn sedari tadi Tara terus mengaliri berbagai kata utk Bumi ttg acara makan malam yg sedang berlangsung. Sampai ayah Bumi menegurnya utk mendengar kan apa yang sedang dibicarakan. "Mi... taruh dulu handphone nya kita bicara serius ttg kamu dan Graha..loh.."...
Haaahh..... Sontak hati dan mata Bumi melotot bak  makan cabe rawit 1kg ke arah ayahnya.
Iiyaaaa.... kami sedang mendiskusikan masa depan kamu Bumi.... jawab ayahnya dengan tegas sambil mematok mukanya ke arah Bumi.
Bumi tidak bisa buka suara, ludah pun susah ditelan, badannya terasa panas dingin bagai kena deman 1000 derajat..
Sampai mereka selesai berbincang Bumi terlihat terus diam mematung kaku bak disiram air es dihadapan semua yg ada di sekitar meja makan itu.
Bumi sangat sayang orang tuanya dan selalu patuh dengan meraka. Saat ini Bumi sangat bingung bagai tersesat tanpa kompas penunjuk di tengan hutan.
Terlihat 10  tanda panggil tak terjawab dari Tara.
Acara makan malam bersama sudah selesai, mereka bersalaman dan berpamitan, namun di meja terlihat Bumi masih mematung.  Ayahnya pun memanggil Bumi utk ikut mengantar keluarga Tirta sampai depan rumah, Bumi terpaksa ngikut perintah.
Setelah ruangan terasa sepi Bumi langsung berlari menuju kamarnya bermaksud utk curhat dengan Tara.
Dia langsung telpon Tara sambil menutup pintu kamarnya.
Disisi lain Tara merasa hatinya mengembang penuh warna warni bunga krn dpt telpon dari Bumi.
Mereka cukup lama bercengkrama di udara, sampai headset pink yg nempel di telinga Bumi terasa panas sepanas setrika uap 😆
Jarum jam weker di depan Bumi terlihat menunjukkan pukul 23:25.
"Tar aku cabut dulu yaa udah malam bahkan mau pagi lagi nich...ndak terasa yaaa...
"Besok aku ada kuliah pagi... Jadi agak awal harus bangun..."
Potong Bumi disela Tara lagi ceramahin Bumi ttg perjodohan. Padahal hati Tara terasa sesak bak memikul beban ratusan kilo mendengar cerita Bumi yg barusan diperkenalkan dgn putra sahabat ayahnya.
"Eehhh...Besok kamu kerja dan kuliah juga khan
Jadi kamu harus istirahat juga.... maaf tadi ndak aku angkat telpon soalnya tadi ayah lagi ceramahin aku" 😞
Bye Tara.... Selamat malam selamat tidur...
Tara terasa berat memutus tlpon dari Bumi.. sedangkan Bumi langsung "klekkk"
Dan langsung membalut kan selimut nya di badannya yang sudah mulai terasa lelah dan dingin.
Di lain rumah terlihat lampu kamar masih terang pertanda Tara masih terjaga mata dan hatinya yang sedang layu. Hati Tara terus bertanya pada jiwa dan rasa... "Heiii knapa aku sakit dan rapuh mendengar cerita Bumi .... ada apa dengan diriku ini...? Matanya pun ndak mau dipejamkan. Berulang kali dia membulak - balikkan bantalnya namun tetap terjaga dan tidak mampu matanya terpejam. Terjadi pertengkaran antara batin dan pikiran nya....
Batin : "apakah aku harus mengatakan yg sebenarnya pd Bumi...?
Pikiran : "Silakan... tapi apakah Bumi akan menerima...?
Sampai jarum jam menunjukan pukul 02:30 mata Tara sudah mulai mau bersahabat dgn batin dan pikirannya, matanya mulai lelah dan terlelap tidur dgn mimpi Indah bersama Bumi 😅.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[women] 10 Alasan Bunda Menjadi Single Parent Akan Baik Baik Saja

Thanks For Draining Childhood